Hukrim

Meninggal ‘Tak Wajar’, Makam Anggota Propam Polda NTB Nurhadi Bakal Dibongkar Besok untuk Autopsi

MATARAM – Kematian Anggota Propam Polda NTB Brigadir Nurhadi masih menyisakan misteri. Untuk itu, makam almarhum menurut rencana bakal dibongkar pada Rabu (1/5/2025) besok pagi.

Proses ekshumasi (proses penggalian jenazah dari kuburnya yang telah dimakamkan) tersebut ditujukan untuk keperluan autopsi. Diketahui, Brigadir Nurhadi meninggal dunia di Gili Trawangan pada Rabu, 16 April 2026 lalu.

Kematian Brigadir Nurhadi di sebuah kolam villa di Gili Trawangan dinilai janggal, sehingga membutuhkan pemeriksaan lebih lanjut terhadap kondisi jenazah.

Ekshumasi dilakukan setelah sebelumnya keluarga korban menolak dilakukan autopsi. Sehingga jenazah  dimakamkan. Kini pihak keluarga berubah sikap dan memilih dilakukan otopsi terhadap jenazah.

Proses ekshumasi dilakukan di Pemakaman Peresak, Dusun Jejelok, Desa Sembung, Kecamatan Narmada, Lombok Barat sekitar pukul 08.00 WITA besok.

Pantauan media ini pada Rabu sore, 30 April 2025, kuburan Brigadir Nurhadi telah dilakukan pemasangan terop dan penutupan area sekitar lokasi otopsi menggunakan karung dan kain hijau.

Kepala desa dibantu warga mempersiapkan segala keperluan untuk ekshumasi besok. Kepala Desa Sembung, H. Ali Abdul Syahid mengatakan telah menyiapkan lokasi untuk dilakukan ekshumasi.

“Ya sesuai arahan pihak Polda tadi, kita pemerintah desa menyiapkan lokasi otopsi untuk mendukung dilakukan otopsi,” ujarnya.

“Informasi sementara mudahan tidak bergeser acaranya, sekitar jam 8 pagi,” sambungnya.

Sebelumnya, Rabu, 16 April 2025 malam, Brigadir Nurhadi ditemukan di dasar kolam. Kala itu dia menginap bersama dua rekannya sesama polisi yaitu Kompol I Made Yogi Porusa Utama dan IPDA Haris Chandra.

Dari rilis internal polisi yang tersebar, sekitar pukul 16.40 Wita korban bersantai di area vila. Kemudian pukul 17.00 Wita korban disebut berenang seorang diri.

Baru kemudian Kompol Yogi melihat korban tengah berada di dasar kolam. Dia kemudian segera mengevakuasi korban. Yogi kemudian menghubungi rekannya IPDA Haris, selanjutnya Haris memanggil staf hotel untuk meminta pertolongan medis.

Tim medis tiba 21.24 Wita dan melakukan tindakan pertolongan pertama berupa RJP (Resusitasi Jantung Paru) atau pertolongan dengan cara memompa bagian dada korban sekitar 20-30 menit. Namun tidak ada respon korban.

Selanjutnya medis melakukan pemasangan infus dan pemberian injeksi jenis epinephrin dan melanjutkan RJP ulang selama sekitar 10 menit. Namun pasien tidak ada respon, selanjutnya diberikan AED (Automatic External Defibrillator) namun tidak ada respon dari pasien, pasien kemudian dievakuasi menuju Klinik Warna Medica untuk dilakukan pengecekan EKG. Hasil pengecekan EKG flat (sudah tidak terdeteksi detak jantung dari pasien).

Baru pukul 22.14 Wita korban dinyatakan meninggal dunia. Jenazah kemudian dibawa ke RS Bhayangkara Kota Mataram.

Diberitakan sebelumnya, kematian Brigadir Nurhadi yang disebut karena tenggelam belum sepenuhnya diyakini orang-orang terdekat korban. Tidak dilakukan autopsi membuat tabir kematian ayah dua anak ini menimbulkan pertanyaan. Ditambah lagi, bungkamnya Polda NTB semakin membuat tanda tanya.

Brigadir Muhammad Nurhadi ditemukan tenggelam di kolam renang sebuah penginapan di Gili Trawangan.

Kades Gili Trawangan, Dana mengaku tidak tahu banyak tentang kematian korban.

“Saya tidak tahu infonya. Hanya dapat info kalau ada anggota polisi yang meninggal. Cuma itu,” ujarnya.

Dia merekomendasi media ini untuk menghubungi kepala dusun setempat, Husni untuk menggali informasi.

Namun saat dihubungi, Husni tidak merespon, bahkan untuk nama hotelnya pun media dan orang terdekat korban tidak tahu.

Salah seorang pemandi jenazah almarhum, Taufiq Mardanu menceritakan kejanggalan saat jenazah tiba di rumah duka.

Dia mengatakan ada luka memar di alas mata sebelah kanan korban. Luka tersebut mengeluarkan darah terus menerus, bahkan setelah dimandikan.

“Waktu datang kondisi mayatnya dingin. Datang hari Kamis (minggu lalu). Mata sebelah kanan luka pas di bawah alis mata. Kayak memar tapi terus keluar darah. Sampai habis dimandikan keluar darah,” ujarnya.

Selain itu, terdapat lebam di belakang leher jenazah.

“Belakang leher kayak memar,” ujarnya.

Banyak luka di bagian tubuh korban saat jenazah tersebut tiba, padahal jenazah belum diotopsi.

“Pinggang juga memar, sama jari-jari kakinya, punggung kaki luka sobek. Lututnya juga memar,” katanya.

Selain itu darah juga keluar dari hidung korban.

“Keluar darah dari hidungnya,” ujarnya.

Taufiq merupakan teman sekolah almarhum. Dia mengenal almarhum sebagai sosok yang baik. Sebagai ayah yang bertanggungjawab.

Almarhum memiliki dua anak yang masih kecil. Berusia satu bulan dan lima tahun.

“Waktu saya mandiin almarhum, anaknya yang paling besar digendong. Dia bilang ‘mau diapain ayah saya?’ saya jawab mau dimandiin. Dia nanya ‘terus mau diapain’, saya bilang dikubur. Dia nanya lagi kapan ayah bangun, langsung saya sedih dengar itu,” ujarnya.

Dia mengaku sekitar 6 sampai 7 orang yang memandikan jenazah, bertanya-tanya dengan kondisi almarhum.

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button