Kemlu Sampaikan Situasi di Rafah Usai Serangan Israel

Mataram – Juru bicara (Jubir) Kementerian Luar Negeri (Kemlu) RI Lalu Muhamad Iqbal melaporkan situasi terkini di Rafah setelah serangan Israel menyasar daerah tersebut pada Minggu (26/5/2024) menyebabkan kebakaran besar.
Iqbal menyebut kondisi di Rafah semakin buruk. Aksi keji itu membakar hidup-hidup para pengungsi dan menewaskan puluhan orang.
Kondisinya semakin diperburuk dengan menurunnya jumlah pasokan makanan serta bahan bakar.
“Situasi di Rafah semakin memburuk dari hari ke hari. Serangan Israel yang semakin intens di Rafah menyebabkan 900 ribu orang dari sekitar 1.400.000 pengungsi tercerai-berai dan terpaksa meninggalkan Rafah,” kata Lalu Iqbal kepada PolitikaNTB, Kamis (30/5/2024) via whatsapp.
Iqbal menyebut saat ini akses masuk bantuan praktis dalam kondisi tertutup. Ia menjelaskan area yang seharusnya menjadi tempat aman justru diserang oleh Israel.
“Akses masuk bantuan otomatis dalam kondisi tertutup. Area yang harusnya menjadi tempat keamanan justru diserang,” ujar Iqbal.
Indonesia Konsen Dorong Penghentian Perang
Menurut Iqbal, Pemerintah Indonesia konsen melakukan upaya untuk menghentikan perang. Upaya dilakukan dengan dua cara, yakni secara langsung maupun tidak langsung.
“Secara langsung yaitu dengan cara mendesak Israel secara terbuka. Dan secara tidak langsung, Indonesia dalam menggunakan semua canal dan semua forum yang ada dan memungkinkan kita gunakan juga untuk menggalang dukungan kepada Palestina,” ungkapnya.
Selain itu, Kemlu mendesak Israel untuk membuka akses seluas-luasnya bagi bantuan kemanusiaan ke Palestina.
Dikutip dari AFP, Selasa (28/5), seorang pejabat senior di AFP Mohammad al-Mughayyir mengatakan 21 orang tewas dalam
“Serangan pendudukan yang menargetkan tenda-tenda pengungsi di sebelah barat Rafah,” katanya.
Badan pertahanan sipil Gaza mengatakan Israel terus melakukan serangan ke kamp pengungsi di sebelah barat kota selatan Rafah.
Sejak awal Mei, Israel menyerang Rafah dan mengabaikan kekhawatiran akan keselamatan 1,4 juta warga sipil Palestina yang saat itu berlindung di kota tersebut.
Dikatakannya, sekitar 1 juta warga sipil telah meninggalkan kota tersebut, Badan Pengungsi Palestina PBB (UNRWA) melaporkan pada hari Selasa (28/5). (*)