Mataram – Stok beras di gudang Divisi Regional (Divre) Bulog Nusa Tenggara Barat (NTB) semakin menipis. Kepala Perum Bulog NTB David Susanto menyebutkan stok beras di gudang Bulog saat ini sebanyak 19.000 ton.
Meski begitu, David mengklaim bahwa kondisi ketahanan pangan di NTB sendiri sampai saat ini masih sangat bagus. Hal itu pun sudah mendapat pengakuan dari Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso.
“Cukup bagus ya. Pak Buas (Budi Waseso, red) mengakui bahwa NTB satu-satunya provinsi yang belum pernah masuk beras impor,” kata David, Senin (13/11/2023) di Mataram.
Menurut David, stok beras tersebut hanya akan mampu memenuhi kebutuhan masyarakat sampai bulan Februari 2024. Hanya saja, mengingat masa panen raya di NTB mengalami kemunduran akibat elnino yang berkepanjangan. Maka pihaknya akan meminta Bulog Pusat untuk memasukkan beras ke NTB.
“Posisi panen kita itu pada bulan Maret atau April 2024. Tentunya gabah di tingkat petani itu masih cukup tinggi. Sementara Bulog itu untuk membeli beras untuk stok JPP sudah ada tata aturannya,” ungkapnya.
David menegaskan, beras yang akan masuk ke NTB itu bukan beras impor yang dibeli dari perusahaan. Namun, beras tersebut adalah stok yang dimiliki oleh Bulog pusat.
“Itu beras Bulog (bukan impor). Karena semua itu beras Bulog tidak mengenal impor atau tidak. Di administrasi kami itu semua beras yang masuk ke kami itu adalah beras Bulog,” ujarnya.
Lebih jauh David mengatakan, potensi kebutuhan beras yang akan diimpor dari Bulog pusat itu diperkirakan mencapai 15 sampai 17ribu ton.
“Mungkin dalam dua bulan kedepan karena ada program Bapang itu sebanyak 15 sampai 17 ribu ton. Tapi itu secara bertahap,” imbuhnya.
David juga mengaku bahwa wacana memasukkan beras luar itu sudah dibicarakan dengan pemerintah daerah.
“Sudah itu. Ini kan kebutuhan untuk masyarakat. Untuk SBHP, untuk kebutuhan bantuan kepada masyarakat. Kalau nggak ada yang dari luar ya tidak ada buat program gitu lo,” pungkasnya.