Pemerintahan

FPTI NTB Bentuk Tim Resceu Kecelakaan Pendakian di Gunung Rinjani

MATARAM, PolitikaNTB – Federasi Panjat Tebing Indonesia (FPTI) Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) bakaln membentuk Tim Rescue kebencanaan. Tim Rescue ini dibentuk merespons diskursus publik perihal ramainya sorotan perihal mitigasi dan evakuasi korban kecelakaan pendakian di Gunung Rinjani.

Ketua FPTI NTB Hamdan Kasim menuturkan, Tim rescue ini bertujuan untuk membangun sistem keselamatan pendaki di Rinjani. Dengan adanya sistem penyelamatan tim rescue Rinjani diharapkan lebih berkelas.

“Tim Rescue ini kami bentuk untuk membangun suatu sistem keselamatan pendaki di Gunung Rinjani. FPTI merasa perlu menginisasi hal tersebut guna menjawab sorotan publik perihal sistem penyelamatan dan keselamatan pendaki di Gunung Rinjani,” ujar Hamdan Kasim kepada awak media di Mataram pada Kamis (3/6/2025).

BACA JUGA: Menuju PON 2028, FPTI NTB Tingkatkan Kualitas & Pengalaman Atlet Lewat Kejurda

Ketua Fraksi Partai Golkar di DPRD NTB  itu menuturkan, pihaknya siap bekerjasama dan berkolaborasi dengan semua pihak untuk menyusun Tim Resceu ini. Termasuk juga membuka dialog dan diskusi guna merumuskan suatu sistem penyelamatan yang bisa menjadi rujukan.

Hamdan mengungkap urgensi pembentukan Tim Resceu tersebut. Ia tak ingin lagi, Gunung Rinjani mendapatkan sentimen negatif dari publik perihal mitigasi evakuasi dalam kecelakaan pendakian.

“Dalam hal ini tentu kami siap bekerja sama dengan pemerintah. Baik pemerintah pusat, pemerintah provinsi, maupun pemerintah kabupaten. Juga dengan para porter, asosiasi pendaki, tour guide, juga pecinta alam, relawan, dan pastinya penduduk lokal,” terang Hamdan.

Sistem penyelamatan ini nanti diharapkan akan dapat meminimalisasi insiden yang terjadi di Gunung Rinjani. Pihaknya menginginkan, Gunung Rinjani bisa menjadi ‘rumah’ yang aman dan nyaman bagi semua orang, terutama para pendaki.

Hamdan Kasim menuturkan, pihaknya telah bersepakat menujuk Ketua Dewan Pembina FPTI NTB Iwan Slenk sebagai Ketua Tim Recue tersebut.

Terpisah, Ketua Dewan Pembina FPTI sekaligus Ketua Tim Resceu Iwan Slenk mengaku, pihaknya telah membangun komunikasi perihal pembentukan Tim Resceu tersebut.

“Yang jelas dari tragedi Juliana Marins kemarin, kami bersepkat memang harus ada evaluasi dalam mitigasi kecelakaan pendaki di Gunung Rinjani. Semangat pendirian Tim Resceu ini adalah itu,” ujar Iwan Slenk.

Tim Resceu ini nantinya akan memberikan pelatihan kepada Tim Resceu ini. Mereka nantinya akan diberikan pelatihan yang bersertifikasi. Baik secara nasional maupun internasional.

Ia menjelaskan, FPTI secara organisasi juga berada di bawah naungan Federasi Panjat dan Pendakian Gunung Internasional (UIAA).
Dengan bernaung di bawah federasi internasional, sistem penyelamatan tim rescue Rinjani diharapkan berkelas dunia juga.

Ia menyebut, tim rescue Rinjani ini merupakan kesatuan di luar Search and Rescue (SAR). Meski demikian, kolaborasi tetap akan dilakukan dengan pihak-pihak terkait, termasuk tim SAR. Tim Resceu ini akan membacku-up dan menangani secara cepat kecelakaan pendakian yang terjadi di Rinjani.

Lebih jauh, Iwan Slenk mengaku pihaknya telah membuka komunikasi dengan Abdul Haris Agam alias Agam Rinjani untuk sama-sama berkolaborasi. Terutama dalam memberikan pelatihan, tukar pengalaman, hingga merumuskan sistem keselamatan pendaki di Gunung Rinjani.

BACA JUGA: Dewan Pembina FPTI NTB Apresiasi Relawan Agam Rinjani, Desak Pemerintah Evaluasi Mitigasi Bencana

Iwan menerangkan, Gunung Rinjani, sebagai gunung tertinggi kedua di Indonesia, bukan hanya destinasi favorit para pendaki, tetapi juga kawasan rawan bencana dan kecelakaan. Oleh karena itu, pembentukan tim rescue keselamatan yang profesional dan siaga di kawasan ini adalah sebuah keharusan mendesak.

Setiap tahun, ribuan pendaki domestik maupun mancanegara menjajal jalur pendakian Rinjani, terutama saat musim kemarau. Aktivitas yang padat ini meningkatkan risiko.

‘Tanpa kehadiran tim rescue yang siap di lapangan, korban bisa terlambat dievakuasi, bahkan terancam jiwa,” ujarnya.

Jalur pendakian Rinjani memiliki medan terjal, berbatu, dan sulit diakses. Cuaca yang cepat berubah dapat memperparah keadaan, seperti kabut tebal, hujan deras, atau longsor. Hanya tim rescue berpengalaman yang bisa menangani evakuasi di medan seperti ini.

“Rinjani adalah ikon pariwisata NTB. Keamanan dan keselamatan pendaki adalah salah satu indikator keberhasilan pengelolaan taman nasional. Dengan adanya tim rescue, kepercayaan wisatawan meningkat, dan ini berdampak pada ekonomi lokal,” jelas Iwan.

Pembentukan tim rescue keselamatan di Gunung Rinjani adalah langkah strategis dan menyelamatkan nyawa. Tim ini akan berperan sebagai garda terdepan dalam mitigasi risiko, respons cepat terhadap insiden, dan perlindungan terhadap citra pariwisata NTB. Tanpa mereka, potensi bencana bisa menjadi tragedi yang tak tertolong.

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button