MATARAM, PolitikaNTB – PT. AMMAN Mineral Nusa Tenggara (AMNT) menyambut baik rencana kebijakan relaksasi ekspor konsentrat. Menurut mereka, kebijakan tersebut akan banyak membantu di tengah optimalisasi komisioning dan ramp up pabrik smelter tembaga di Kabupaten Sumbawa Barat (KSB), Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB).
“Proses optimalisasi smelter membutuhkan waktu yang tidak singkat, bahkan di berbagai belahan dunia, smelter baru bisa berproduksi optimal dalam waktu belasan hingga puluhan bulan,” kata Vice President Corporate Communications AMMAN, Kartika Octaviana dalam siaran pers yang diterima PolitikaNTB pada Kamis (5/6/2025).
BACA JUGA: Nasir Minta Dana Bagi Hasil AMNT Dioptimalkan untuk Masyarakat
Ia menerangkan, proses komisioning dan ramp up smelter memang memiliki tantangan tersendiri karena teknologi yang begitu kompleks dan terdapat ribuan komponen yang harus pihaknya pastikan berfungsi dengan baik.
“Kami menghadapi berbagai kendala teknis yang harus terus kita tanggapi dan perbaiki seiring waktu,” jelasnya.
Proses uji coba produksi dilakukan secara bertahap dan konservatif, dengan prioritas utama pada faktor Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Jika ada indikator yang menunjukkan perlunya dilakukan kalibrasi, produksi akan dihentikan sementara untuk perbaikan.
Secara eksplisit, pihaknya menyambut baik kebijakan relaksasi eskpor konsentrat yang saat ini tengah digodok pemerintah pusat.
“Kebijaksanaan pemerintah dan fleksibilitas kebijakan, terutama terkait penjualan konsentrat tembaga akan sangat membantu perusahaan dalam menjaga kekuatan finansial selagi berupaya mengoptimalkan smelter. Tidak hanya itu, hasil penjualan juga akan meningkatkan kontribusi PT. AMNT bagi perekonomian daerah dan pusat,” bebernya.
BACA JUGA: Pemprov NTB Tagih Dana Bagi Hasil Keuntungan Bersih Tahun 2024 ke PT AMNT
Meskipun demikian, PT. AMNT sebagai pelaku usaha akan selalu mematuhi peraturan yang dikeluarkan pemerintah. Berdasarkan peraturan yang berlaku sejak awal tahun ini, ekspor konsentrat memang tidak diizinkan.
Penjualan hanya bisa dilakukan untuk produk katoda dan turunan dari smelter. Pada kuartal pertama belum terdapat penjualan karena katoda tembaga pertama baru diproduksi akhir Maret 2025, dengan kuantitas yang cukup rendah.
Produksi konsentrat dari tambang Batu Hijau terus berlangsung normal. Namun demikian, konsentrat tembaga tersebut telah menumpuk karena belum dapat sepenuhnya diserap oleh smelter akibat berbagai kendala teknis yang tidak sederhana.
“Tugas kami sebagai perusahaan tambang adalah memastikan bahwa rencana tambang yang sudah disubmit ke pemerintah melalui Kementerian ESDM itu berjalan semestinya, jadi untuk produksi konsentrat masih berjalan seperti biasa. Karena smelter belum bisa menyerap secara optimal, gudang penyimpanan saat ini sudah mendekati level optimal,” ujarnya.