Pemdes Peresak Gelar Festival Begibung, Upaya Wujudkan Persatuan dan Rekonsiliasi
Lombok Tengah – Pemerintah Desa (Pemdes) Peresak, Kecamatan Batukliang, Lombok Tengah menggelar festival budaya begibung di Kantor Desa setempat, Kamis (6/6/2024).
Kegiatan tersebut dilakukan untuk melestarikan budaya begibung yang memang sejak lama diwariskan oleh para tokoh di Desa Peresak.
Kepala Desa Peresak Sujaan Maulana mengatakan, kegiatan tersebut merupakan salah satu cara pemerintah desa untuk menjaga budaya leluhur yang ditelurkan kepadanya.
“Acara ini kami buat untuk menunjukkan bahwa kami di sini (Desa Peresak) masih membawa budaya yang ditinggalkan oleh leluhur kami kepada semua orang,” katanya.
Selain itu, Sujaan mengatakan bahwa festival tersebut juga dilakukan untuk mempromosikan potensi desa.
Spot Wisata Baru Bukit Slow
Ia menyebut jika pihaknya mempunyai spot wisata yang tak kalah bagus dengan tempat lain. Yakni Bukit Slow atau Bukit Slowjan.
“Di sana ada tempat camping grond, nongkrong dan banyak spot foto dari atas bukit,” ujarnya.
Tak hanya itu, Kades menyampaikan bahwa dari atas bukit pengunjung juga dapat melihat keindahan Lombok Tengah secara utuh jika bermalam di sana.
Pengunjung akan dimanjakan dengan Kedip-kedip lampu perumahan warga dan hembusan angin malam yang begitu memanja.
“Dan itulah yang ingin kami jual kepada semua orang. Potensi ini akan kami promosikan terus ke depan,” ungkapnya.
Makna Begibung
Menurut Sujaan, begibung ini bukan tradisi yang hanya bersifat seremonial saja, akan tetapi syarat akan makna filosofi yang terkandung didalamnya.
Pertama, sebagai perwujudan kesetaraan dan keadilan. Yakni menunjukkan bahwa tidak adanya perbedaan si kaya dan si miskin, si yang berpendidikan tinggi dan rendah.
Dalam begibung ini semua akan diperlakukan sama dan melebur menjadi satu dalam wadah makan yang bernama nare atau nampan yang ditutup dengan tembolak merah.
“Selain itu, kami juga ingin menumbuhkan solidaritas dan persaudaraan. Dengan kegiatan ini kami bermaksud mengajak semua pihak untuk bersama-sama membangun desa ini,” katanya.
Dikatakannya, begibung juga memiliki makna penyambung dan perekat tali silaturrahmi. Menurutnya, melalui tradisi ini orang-orang yang sudah lama tidak bertemu atau bertutur sapa dengan teman akan mudah dipertemukan.
“Makanya saya meniatkan kegiatan ini sebagai ajang rekonsiliasi saya dengan pesaing saya di Pilkades kemarin,” tukasnya.
Tempat yang sama, Wakil Bupati Lombok Tengah HM Nursiah sangat mengapresiasi kegiatan tersebut. Ia melihat festival itu adalah gambaran umum yang acap kali dilakukan di Lombok Tengah.
Menurut Nursiah, tradisi begibung memang sudah sangat melekat bagi masyarakat Tatas Tuhu Trasna.
“Begibung ini memiliki nilai yang sangat besar. Dan nilai-nilai itu harus kita cetuskan kepada generasi kita,” katanya.
Selain itu, Nursiah menyampaikan bahwa pihaknya sangat mendukung kegiatan tersebut untuk dilakukan secara rutin. Bahkan ia meminta agar festival ini dilakukan setiap tahun.
“Saya minta kepada DPMD dan Dispar Lombok Tengah agar mencari solusi biar acara ini tetap dilaksanakan setiap tahunnya,” pungkasnya.
Sebagai informasi, selain dihadiri oleh Wakil Bupati Lombok Tengah. Kegiatan itu juga diikuti Jubir Kemlu Lalu Muhamad Iqbal dan eks Bupati Lombok Tengah Lalu Wiratmaja (Mamiq Ngoh).(*)