LOMBOK BARAT – Gubernur NTB Lalu Muhamad Iqbal, menyampaikan rasa bangganya saat bertemu dengan banyak alumni Pondok Pesantren Al Aziziyah yang kini berkontribusi di berbagai bidang, seperti anggota dewan, pimpinan pondok pesantren, dan sektor lainnya.
Hal ini ia sampaikan dalam acara Halal Bihalal dan Temu Alumni di Aula Ponpes Al Aziziyah, Kamis (3/4).
“Saya sebagai sesama santri ikut bangga, bahwa pada akhirnya santri-santri ini bisa memberikan manfaat yang luas bagi masyarakat,” ujar gubernur.
Dalam kesempatan itu, gubernur mengenang masa empat tahun dirinya menjadi santri di Pondok Modern Islam As Salam di Solo. Ia mengingat betapa beratnya kehidupan santri yang penuh dengan kedisiplinan, namun pada akhirnya justru membentuk karakter yang kuat.
“Namun demikian, betapa pun beratnya kehidupan di pondok, pada saat kita lulus, kita menangis sejadi-jadinya. Merasa kehilangan sesuatu,” ungkap gubernur.
Gubernur menegaskan bahwa kehidupannya saat ini banyak dipengaruhi oleh nilai-nilai yang ia peroleh di pesantren. Ia pun meyakini bahwa tidak ada istilah “mantan santri”, karena karakter seorang santri akan melekat dalam setiap peran yang dijalaninya.
“Ketika jadi Dubes dulu, saya merasa menjadi Dubes santri. Ketika jadi gubernur, ya gubernurnya gubernur santri. Dan tiang melihat, dari begitu banyak ciri-ciri seorang santri, ada satu yang tidak boleh hilang, yaitu kehidupannya harus bersahaja. Lamun santri wah, mulai senang dengan kehidupan mewah, bergaya-gaya, pasti hilang kesantriannya,” ujar gubernur.
Menurutnya, kehidupan santri yang sederhana itulah yang membangun komitmen terhadap masyarakat dan umat. Ia menekankan bahwa nilai kesederhanaan bukan hanya ciri khas seorang santri, tetapi juga kunci dalam menjalani kehidupan yang bermakna.
“Dan tiang merasa, hidup yang bersahaja itulah hidup yang membahagiakan sebetulnya,” ungkapnya.